We don’t want to push our ideas on to customers, we simply want to make what they want.
Laura Ashley
Petugas kebersihan Rumah sakit
Saya mau bercerita tentang seorang petugas kebersihan di rumah sakit tempat kami menginap. Saya memanggil perempuan muda ini mbak Fitri. Ia memang hanya petugas kebersihan, tetapi kerjanya dan sikapnya sangatlah terpuji.
Shift kerjanya saat itu adalah pagi sampai siang. Jadi ia datang ke kamar kami pada pagi hari. Siang ia bisa datang lagi kalau saya membutuhkan kamar untuk dibersihkan. Ia selalu datang dengan ekstra senyumnya. Ekstra tertawanya. Ekstra keramahannya.
Saya mengatakan bahwa Fitri bukan sekedar melakukan pekerjaan kebersihan saja, melainkan juga berinteraksi dengan dirinya. Ia menunjukkan Service Excellence. Fitri menanyakan kondisi anak-anak saya dan mengajak mengobrol. Rahel merasa bahwa amat langka petugas kebersihan yang mau bersusah-payah beramah-tamah dengan pasien atau keluarganya.
Ada puluhan atau bahkan ratusan kamar yang harus mereka bersihkan dalam hitungan menit, jadi saya rasa beramah tamah masuk hitungan terakhir dalam daftar to-do-list mereka. Karena begitu mereka selesai membersihkan kamar, mereka harus minta tanda tangan dari penghuni kamar bahwa kamar sudah dibersihkan.Lebih cepat dan lebih bersih, lebih baik.
Siang itu saya mendapati persediaan tissue di pantry dan ruang tamu kamar kami habis. Jadi saya minta tissue pada mbak Fitri. Dia mengatakan, “Maaf sekali bu, kebetulan stock tissue pantry habis. Tadi saya mau mengisi persediaan tissue di kamar lainpun belum bisa. Saya sudah tanya di bagian stock kebersihan katanya baru datang besok. Kalau yang tissue dus ada.”Saya bilang padanya, “Lah, masak rumah sakit segede ini stock tissue nya habis? Bagaimana nih?” Ia menyahut, “Nah itu bu, saya juga jadi ikut nggak enak. Maaf ya bu. Besok pagi begitu datang langsung saya ganti.”
Saya sudah hampir mengatakan: “Saya bayar kamar semahal ini, tissue nya aja harus nunggu. ”Dia memutuskan menahan diri, karena Fitri meminta maaf untuk sesuatu yang sebetulnya bukan kesalahannya. Saya merasa Tuhan sedang mengingatkan dirinya untuk tidak emosional dan mendadak sombong.
Dia menjawab Fitri, “Nggak papa. Besok pagi kalau sudah ada, tolong diisi ya.” Kemudian mbak Fitri pergi, dan saya mengecek anak-anak saya yang sedang tidur. Kurang lebih lima belas menit kemudian mbak Fitri datang kembali membawa satu pak tissue untukpantry dan dua dus tissue untuk ruang tamu. “Bu, saya tanya semua temen-temen saya siapa yang kira-kira masih pegang tissue pantry. Saya bilang pasien saya butuh. Ini saya dapat satu, bu.” Sementara dia langsung ngacrit pergi mengisi tissue, saya jadi bengong.
Apa manager rumah sakit ini tahu, bahwa mereka memiliki paling tidak satu orang petugas kebersihan yang sangat berdedikasi, ramah, dan cekatan?Apakah mereka tahu… atau mereka pernah peduli? Saya tidak akan sungkan untuk mendatangi kepala bagian kebersihannya untuk memberi tahu tentang stafnya yang baik ini.
Mbak Fitri selesai membersihkan kamar kami sekali lagi. Sebelum ia pergi, saya memberinya dua dus besar kue. “Buat dimakan bareng-bareng sama temen-temen cleaning service yang lain. Saya masih banyak makanan disini. “Makasih ya, bu,” katanya
“Saya yang terima kasih,” kata Saya sambil memberikan senyumannya yang ia rasa paling kece.