Responsibilty finds a way, Irresponsibilty makes excuses
Stephen Covey
Tanggung Jawab Tak Bisa Ditawar
Ponsel Yuna Eka Kristina mendadak berdering di tengah agenda rapatnya. Yuna jelas kaget, karena kebetulan saat itu dia tengah mempresentasikan hasil kerjanya pada atasan.Awalnya Yuna sedikit abai. Namun ponsel terus berdering tak henti-henti. Nama si buah hati terpampang dalam layar.
Tak tunggu waktu lama. Tepat setelah memaparkan presentasinya, Yuna buru-buru izin keluar dari forum rapat. Dia tak sabar menelepon si buah hati yang sedari tadi mencarinya. "Ternyata dia hanya kesal karena saya absen meneleponnya dan belum bilang 'i love you' di hari itu," ujar Yuna. Meski tak setiap hari, tapi kebiasaan mengobrol via sambungan telepon dengan sang buah hati di tengah aktivitas kerja kerap dilakukan Yuna. Tak ada alasan khusus, Yuna hanya ingin tahu kabar kedua anaknya, Juanesha Abigail Dermawan dan Queenesha Abigail Dermawan, yang ditinggalnya sementara waktu untuk bekerja.
Yuna adalah salah satu dari sejumlah wanita Indonesia yang menjalani peran gandanya sebagai wanita karier sekaligus ibu dari anak-anak kesayangannya. Di zaman sekarang, perihal peran ganda seorang ibu jadi hal lumrah. Peradaban memang menuntut demikian, setidaknya itu berlaku bagi Yuna.Karier adalah impian. Sementara rumah tangga dan anak-anak adalah anugerah sekaligus tanggung jawab yang musti dipikul.
Bagi Yuna, keduanya berlaku penting. Yuna tak ingin meninggalkan suami dan kedua anaknya, sekaligus juga tak mau melepaskan dunia komunikasi yang dicintainya dan telah digelutinya sejak lama. Toh, bagi Yuna, selalu ada kesenangan dalam tiap perjalanan yang dilaluinya. Beruntung sang suami memberinya kebebasan untuk tetap berkarier selama keluarga tetap jadi prioritas. "Ini tanggung jawab yang tidak bisa saya tawar lagi. Saya coba jalankan (peran ganda wanita karier dan ibu rumah tangga)," kata Yuna.Tak mudah memang. Memiliki dua anak yang kini usianya menginjak 10 dan 9 tahun membuat Yuna harus pintar membagi waktu. Tak jarang, pekerjaan dan kebutuhan untuk bersama anak musti bentrok.
Pernah suatu hari, anak-anak kudu bersiap menghadapi ujian, sementara pekerjaan kantor begitu menumpuk. Apa mau dikata, tanggung jawabnya sebagai seorang ibu membuat Yuna meninggalkan beban pekerjaannya di kantor. Dia memilih menunda pekerjaan dan pulang tepat waktu untuk mendampingi kedua anaknya belajar. Tak terduga, keduanya dapat diselesaikan oleh Yuna dengan baik. Solusinya adalah Yuna mengorbankan waktunya sendiri. "Saat anak-anak tidur, saya baru mulai menyelesaikan pekerjaan," kata dia.
Perannya sebagai pekerja sekaligus ibu rumah tangga juga membuatnya sehari-hari musti berjibaku dengan waktu. Gara-garanya adalah lokasi rumah dan kantor yang terbentang jarak puluhan kilometer antara Tangerang dan Bogor. Mau tak mau Yuna kudu beradaptasi untuk memulai kegiatan sehari-hari lebih awal. Terbangun pada pukul 04.30 WIB untuk kemudian melakoni tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Setelah rampung menyiapkan perbekalan dan sarapan untuk anak-anak serta suami, baru lah dia mengurus dirinya sendiri. Sekembalinya di rumah pada malam hari, Yuna juga tak mau menyia-nyiakan waktunya. Dia habiskan waktu yang terbilang sempit itu bersama kedua anaknya. Sebisa mungkin momen yang sempit itu jadi waktu berkualitas antara Yuna dengan keluarga. "Quality over quantity," kata dia. Yuna juga ogah membawa pekerjaan kantornya ke rumah. Daripada sibuk dengan pekerjaan, dia memilih untuk mendengarkan celoteh buah hati tentang kegiatan mereka selama di sekolah. Jelang waktu tidur, dia menemani anak-anaknya di kamar sembari mengobrol santai dan berpelukan.
Tak cuma itu, strategi lain untuk tetap dekat dengan kedua anaknya pun dilakoni Yuna. Dia kerap mengecek kedua anaknya sepulang sekolah melalui sambungan telepon di tengah aktivitas kerjanya. Dengan setia Yuna mendengarkan cerita kedua buah hatinya tentang apa yang mereka alami di sekolah. Dia ingin jadi orang tua sekaligus sahabat bagi kedua buah hatinya, kapan pun di mana pun. Begitu pula dengan akhir pekan yang dihabiskan Yuna sepenuhnya bersama keluarga. "Satu yang pasti, ketika kami menghabiskan waktu bersama, kami tidak memegang gadget kecuali untuk hal mendesak," cerita Yuna. Namun, keberhasilan Yuna menjalankan dua peran ini tak muncul ujug-ujug. "Ini karena support system saya yang luar biasa," akunya.
Misalnya, saat kedua buah hatinya masih balita, Yuna dibantu oleh sang ibu dan ibu mertua. Kedua-nya bergantian mengurus anak-anaknya. Menjalani peran ganda sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga terbilang berat dan penuh pengorbanan. Yuna selalu berusaha untuk sebisa mungkin gairahnya pada dunia kerja dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu tetap berjalan sebagaimana mestinya. Yuna tak mau menelantarkan salah satunya.
"Bila merasa berkarier adalah passion, jalankan. Selama yakin keduanya bisajalan seimbang, jalankan dengan bahagia," kata Yuna. Sebab baginya, ibu yangbahagia adalah kunci dari keluarga bahagia.
cnnindonesia.com/gaya-hidup