Belajar Kepemimpinan dari Direktur HR Citibank
Senyuman lebar Pambudi Sunarsihanto menyambut kami. “Saya punya cita-cita bahwa setiap tiga tahun, saya harus mencoba hal baru. Dalam tiga tahun tersebut, saya sudah harus ganti pekerjaan, baik itu di negara yang sama maupun luar negeri.”
Itulah ungkapan Pambudi ketika ditanya mengenai perjalanan karirnya hingga ia menjabat sebagai pimpinan Human Resource di Citibank Indonesia saat ini. Di antara banyak aspek dalam hidupnya, ia memberikan porsi yang istimewa pada proses belajar (learning). Ia berprinsip bahwa learning curve yang ia miliki harus berfluktuasi, membentuk sebuah anak tangga yang merangkak ke atas. “Kalau kita kerja pada satu bidang terus-menerus, kita pasti belajar, tapi kurvanya akan membentuk garis lurus, karena kita mempelajari hal yang sama. Akan berbeda ketika kita memulai hal baru,” ungkap ayah tiga anak tersebut.
Petualangan karir Pambudi, dimulai dengan statusnya sebagai karyawan Alcatel, bukan sebagai manajer melainkan teknisi yang tugasnya lebih banyak di lapangan, termasuk naik turun tower atau gedung untuk memperbaiki base stations. Kala itu, ia baru saja menyelesaikan strata duanya di Perancis. Setelah itu ia berganti-ganti pekerjaan antara lain sebagai pimpinan HRD di Nokia Beijing, Executive Vice President (HRD) Telkomsel Indonesia, Senior Consultant di Mazars Consulting Asia Singapura, dan beberapa posisi lainnya.Beragam jenis pekerjaan tersebut menurut Pambudi dihubungkan oleh satu benang merah yang merupakan passionnya dalam bekerja, yakni dealing with people.
Kini, ia kembali mengasah kemampuannya mengelola manusia pada sebuah bank multinasional asal Amerika, Citibank Indonesia. Dunia perbankan baru pertama kali ini ia jajaki, jadi selain berbagi ilmu, ia juga belajar banyak dari situ. Satu hal yang menarik dari bank ini adalah image-nya sebagai “University for Bankers” karena keberhasilannya mencetak leader yang hebat. Cukup beruntung bahwa tim portalHR berkesempatan mengintip mata kuliah dari “universitas” tersebut melalui sosok Direktur Human Resource Citibank, yang bisa dikatakan sebagai “guru”-nya, secara langsung.“Leadership penting dalam menjalankan sebuah bisnis. Seorang pemimpin adalah penunjuk jalan,jadi harus bisa melihat jalan mana yang harus dilalui oleh perusahaan agar tetap hidup dan bertumbuh,” ungkap penggila baca ini.
Ada tiga pokok poin yang bersinergi membentuk pola kepemimpinan ala Citibank. Yang pertama adalah lead youself. Memimpin diri sendiri, mengembangkan diri dan memiliki attitude teladan sebagai seorang pemimpin. Kedua, lead your team. Memimpin tim berarti memotivasi anak buah sehingga mereka mampu meraih tujuan yang diinginkan, memberikan mereka motivasi untuk terus menghasilkan karya. Poin yang terakhir adalah lead your business, artinya pemimpin yang memang cerdas dalam menjalankan bisnis, memupuk laba dan mengembangkan usaha. Tiga hal yang menurut pria penggemar sulap ini selaras dengan semboyan Ki Hajar Dewantara. Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi contoh), ing madya mbangun karsa (di tengah mengembangkan anggota team), tut wuri handayani (di belakang melihat usaha berkembang).
Mendengarkan cerita Pambudi, seperti layaknya kita mendengar petuah tentang kepemimpinanJika di antara kita awalnya berpikir bahwa ketua adalah sosok yang paling rekasa (menderita), mungkin pandangan Pambudi ini akan mengubah pemikiran kita. Kita tentu tahu siapa pemimpin dalam pertandingan sepak bola. Bukan kapten team, melainkan pelatih dari tim tersebut. Apakah ia ikut capai bermain saat pertandingan berlangsung? Jawabannya adalah tidak. Pelatih justru duduk mengawasi pemainnya, mengunyah permen karet bahkan, dan sesekali mengganti pemainnya bila perlu. Begitulah memang seharusnya seorang pemimpin. Ia tahu kapan harus turun tangan, kapan harus menyemangati di belakang. Atau kita menyebutnya situasional leader. Mungkin pelatih memang hanya duduk ketika 90 menit pertandingan berlangsung, tetapi sehari atau bahkan berhari-hari sebelumnya, ia terus berpikir tentang strategi untuk memenangkan tim-nya.
Apakah pelatih sepak bola harus lebih jago dari pemainnya? Pada kenyataannya tidak demikian.Belum tentu pelatih Barcelona lebih piawai bermain sepak bola daripada Messi. Seorang pemain bola yang hebat, belum tentu bisa menjadi pelatih dan membawa tim kepada kesuksesan, contohnya saja Maradona. Tetapi bisa juga sebaliknya, pelatih yang awalnya bukan pemain hebat justru berhasil membuahkan prestasi untuk tim yang dilatih. Sebetulnya, ketika sebuah organisasi sudah memiliki anggota tim yang sesuai nilai yang dianut maka tugas pemimpin selanjutnya adalah memotivasi mereka. Membuat anggota tim tersebut yakin akan kemampuannya dan optimal dalam memanfaatkannya
Sama halnya dengan perusahaan, seorang pemimpin divisi tidak perlu lebih jago dari teknisi di divisi tersebut misalnya, tetapi ia tahu bagaimana mendorong karyawannnya untuk berbuat seoptimal mungkin untuk mengembangkan divisi tersebut. “Memimpin adalah memotivasi. Tapi ada syaratnya, anggota teamnya harus “right people” artinya sesuai dengan nilai dan budaya yang dianut oleh organisasi,” ungkap pria yang hobi traveling ini.
Memotivasi orang lain juga menjadi alasan bagi anak ketiga dari empat bersaudara ini untuk menjajaki dunia Human Resource. Menurutnya, dalam piramida sebuah perusahaan di mana puncaknya adalah profit, dasarnya adalah happy employee yang kemudian mendorong terjadinya happy customers. Dan tugas HR sangat krusial di situ, mendorong agar karyawan termotivasi dan senang menjalankan tugas-tugasnya. Ditambahkan lagi olehnya bahwa membuat karyawan senang pun bukan perkara sederhana, terlebih jika itu menyangkut lebih dari 4000 jiwa di Citibank. “Keinginan setiap orang berbeda-beda, tiap genarasi juga berbeda. Dengan begitu reward-nya juga tidak bisa disamakan”, jelas Pambudi, yang juga menegaskan bahwa reward adalah salah satu bentuk motivator. Untuk itu, system reward di Citibank dibuat customized atau berbeda-beda tiap orang.
“Dari dulu ayah saya berpesan, seorang pemimpin yang baik itu mengembangkan anak buahnya dan kalau anak buahnya lebih sukses dari kita, seharusnya kita bahagia.” Hal itulah yang saat ini menjadi tantangan bagi Pambudi dalam memimpin anak buahnya di Citibank. Ia ingin men-develop anak buahnya supaya minimal bisa selevel dengan dia. Beberapa anak buahnya memang telah duduk di posisi penting di sejumlah perusahaan internasional, dan ia mengaku bangga dengan hal itu.“Ya kalau ga ada yang selevel dengan saya atau lebih baik, nanti sayanya sulit dipromosi dong, karena tidak ada yang gantiin,” seloroh sosok family-man tersebut.