Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudra agar tidak jadi
IR. SOEKARNO
bangsa yang hidup dari 2 1/2 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan
bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita
MEMILIKI SASARAN
Mudah saja bagi kita untuk melewatkan satu hari, terutama hari yang sibuk, dan di penghujung hari, kita bertanya pada diri sendiri, “Kok tahu-tahu sudah sore? Apa saja yang sudah kulakukan?” Dan sejujurnya, Anda tidak mengingat apa saja yang sudah Anda selesaikan.
Tanpa disadari, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu. Namun Anda masih bertanya-tanya ke mana terbangnya waktu dan apa yang sudah Anda hasilkan selama itu. Sementara, target-target yang sudah Anda tetapkan, daftar pekerjaan yang ingin Anda lakukan, dan impian-impian anda akan kehidupan yang bebas masih belum kelar dan belum tercapai.
Entah bagaimana, tak satu pun dari semua itu terlaksana. Bahkan, di antara mengejar karier, menjalin hubungan, membina keluarga, dan menikmati hidup, Anda merasa bingung dan bertanya-tanya bagaimana Anda bisa sampai di situ. Padahal bukan itu yang Anda inginkan dalam hidup Anda. Paling tidak, bukan seperti yang Anda bayangkan sewaktu masih anak-anak.
Bagaimanapun, sasaran-sasaran kita itu tampaknya menjadi tidak realistis seiring dengan bertambahnya usia, lalu kita berusaha menerima saja apapun yang disodorkan kehidupan kepada kita. Akhirnya kita menganggap memang begitulah seharusnya hidup yang normal itu. Hidup yang penuh petualangan dan bebas hanyalah untuk para pemimpi dan mereka yang tak punya taruhan apa pun dalam hidup, maupun ikatan apa pun dengan kenyataan hidup duniawi.
Kita mungkin menyesal atau bahkan memandang mereka dengan perasaan iri. Namun, jauh di dalam hati kita tahu bahwa pilihan kita sendirilah yang mengantarkan kita pada hidup yang kita jalani saat ini.
Tetapi kalaupun kita tidak bisa atau tidak berani melakukan perubahan dramatis dalam hidup kita agar dapat mengejar dorongan hati dan keinginan kita, seperti meninggalkan pekerjaan, bertualang dan pergi kemana pun kaki membawa, kita masih dapat mengambil langkah-langkah untuk memastikan agar kita tidak tersesat terlampau jauh dari impian masa kecil yang terpendam di dalam dada. Dengan begitu kita tak lagi bertanya ke mana perginya waktu atau apa saja yang telah kita capai.
Alih-alih ingin jadi orang penting atau mencapai berbagai hal yang hebat, sejak kecil saya hanya bermimpi hal-hal kecil dengan tujuan yang jelas dan jadwal yang pasti. Di antara tujuan dan keinginan, saya mencoba menempatkan diri dalam situasi yang membawa saya ke jalur menuju sasaran itu.
Misalnya, saya bermimpi tinggal di Paris. Saya suka kota itu, aroma dan suasana saat berada di sana, bukan sebagai turis tetapi sebagai seseorang yang merasa betah tinggal disana. Dan saya ingin itu segera menjadi kenyataan bukan ketika suatu hari saya sudah menjalani hidup yang membosankan.
Maka saya pastikan untuk mengambil pelajaran bahasa Prancis di SMA dan mendaftar di universitas dengan Bahasa Prancis dan mata kuliah yang memungkinkan saya tinggal satu tahun di Paris, semuanya atas biaya universitas.
Karena tujuan saya adalah menjalani hidup sebagai warga Paris, saya tidak menghabiskan waktu dengan kuliah di kampus saja, tetapi dengan bergaul di kafe-kafe, menonton film di bioskop, membaca buju dan menapaki jalan-jalan berbatu di Paris berbekal roti baguette, keju dan wine. Saya tidak menonjol secara akademik, tetapi masa tinggal di Paris itu terasa sebagai salah satu tahun paling menyenangkan dalam hidup saya.
Saya tidak memiliki mimpi yang bermuluk-muluk, menjadi penting atau sukses dalam karier atau apa pun, tujuan utama saya adalah menghimpun pengalaman dan melakukan berbagai hal yang membuat saya tertarik ketika itu.
Adakalanya berbagai dorongan impulsif menjauhkan saya dari tempat saya semula, namun karena sasaran saya adalah selalu melihat ke depan, ke proyek berikutnya, ke minat berikutnya, dan ke kesempatan berikutnya yang tertangkap mata saya, maka saya jarang menyesali yang telah lewat. Sejauh ini saya sangat senang bisa terus melanjutkan hidup dan melepaskan masa lalu tanpa banyak penyesalan dan rasa kehilangan. Malah saya merasa percaya diri bahwa apa pun yang ada di depan akan lebih baik dan lebih menarik lagi.
Karena sasaran kita akan selalu ada di depan kita, bukan pada masa lalu. Dan sasaran itu adalah target-target yang perlu kita capai dengan melaksanakannya secara nyata, bila kita memang ingin menjalani hidup yang membahagiakan. Sasaran itu mestinya tidak hanya menjadi pemikiran penuh harapan yang samar-samar, sebuah musik latar dalam kehidupan kita, sementara kita sibuk melakukan sesuatu yang lain yang sama sekali berbeda.
Dengan demikian, di mana pun Anda kini berada dan pada usia berapa pun, Anda tahu pasti apa yang telah Anda lakukan dan capai, dan hidup ini akan menjadi penuh warna, pengalaman, dan berbagai hal yang dicapai tanpa rasa bersalah atau penyesalan.
Disadur dari tulisan,
Desi Anwar.